Main Article Content

Tita Tanjung Sari
Rival Hanip

Abstract

Kurikulum 2013 seolah menjadi babak baru dalam usaha kita untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional. Dalam kurikulum 2013, guru diharap melakukan pembelajaran secara holistik dan terpadu untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Kekhasan kurikulum 2013 dalam pembelajaran terdapat pada penggunaan pendekatan ilmiah sebagai alat untuk mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dianggap sebagai salah satu cara menuju perkembangan dan pengembangan komponen kemampuan siswa, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor dalam proses kerja ilmiah. Pada pembelajaran scientific tidak hanya terfokus pada proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, namun juga peserta didik dilatih untuk terbiasa mengamati, bertanya, bernalar, berkeskperimen atau mencoba, mempresentasikan atau mengkomunikasikan dan berkembang sampai dengan mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan hasil kerja, inovasi produk dan proses penciptaan produk. Pada dasarnya inti dari scientific thinking adalah mengajak peserta didik untuk terbiasa berfikir secara ilmiah dan terbiasa mengkomunikasikan sesuatu berdasarkan hasil pengamatan, data, dan fakta. Selain itu scientific thinking menekankan untuk melakukan pembelajaran secara luas, tanpa terbatas oleh dinding dinding kelas. Karena belajar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik dilingkungan sekolah maupun dalam masyarakat luas. Kurikulum 2013 juga mengajak guru untuk menjadi mediator, fasilitator, dan evaluator yang menjadi jembatan transfer ilmu. Pembelajaran harus berpusat pada anak, karena dalam hal ini, anaklah yang harus mengeplorasi segenap kemampuannya dengan cara mengamati dan mencoba sementara guru menjadi salah satu sumber belajar bukan satu-satunya sumber belajar peserta didik, sehingga siswa diarahkan untuk aktif bergerak mencari informasi dan membangun mengetahuannya sendiri. Namun guru harus tetap memperhatikan setiap perkembangan siswa baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga siswa tidak hanya baik secara hard skill tetapi juga melatih kematangan soft skill.

Article Details

References
Buchori. 1987. “Hakikat Dasar Studi Sosial”. Bandung: Sinar Baru.
Cheppy, 1987. “Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial”. Surabaya: Penerbit Karya Anda.
Daldjoeni. 1981. “Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru)”. Bandung: Penerbit Alumni.
Dimyati. 2009. “Belajar dan Pembelajaran”. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik. 2001. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta: Bumi Aksara.
Nu’man. 2001. “Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS”. Bandung: PPS, FPIPS dan PR Remaja Rosdakarya.
Pidarta. 2007. “Landasan Kependidikan”. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2010. “Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.